Kamis, 29 September 2011

~Pagi ku berselimut dingin~

pagi kembali giring gerimis,
setelah semalam semesta berselimut mendung,
desingan angin malam, menghepas-hempaskan,
setiap yang melintas dihamparan malam
.
jalan-jalan hening,
jiwa-jiwa terdiam,
tatap jendela malam tetap jua sepi,
dengan benak penuh tanya berceracau bisu,
.

~Nyanyian rindu~

susuri jalan dibawah terik mentari
hirup bayu yang melintas tanpa jeda waktu
terhantarkan raga kembali pada ruang sunyi
pun telah terambah gundah pada senandung angin..

~Entah apa~

entah apa yang ku tunggu,
entah apa yang ku lihat,
tatap dinding-dinding putih..

pun ketiduran didepan notebook,
bukan mataku lagi,
yang menatap layar mini ini sekian jam

~Airmata ini~

airmata ini,
takkan pernah tuntas mengalir
mungkin sampai kelopak mata ini
kan benar-benar tak dapat merekah lagi..

~Siang tadi~

siang tadi, ku rebahkan raga pada kasur tua
kelopak mata tak mau mengatup
padahal lelah jiwa ini
bagaikan terkena pukulan godam

hanya belalakkan mata dibalik jendela
tatap awan membias merah diangkasa
yangkan menggiring senja menghantar malam
dimana malam, kan menghampar lembarannya

Rabu, 28 September 2011

~sesaat~

kan ku beri jeda pada senandung kidung yang ku alunkan
benamkan diri pada sepi,pada hening
berdiam hingga roh ku melayang ke langit

dimana ingin pulihkan jiwa ku yang terhempas
dimana ingin ku benamkamkan tangisan pilu
dimana ingin ku cairkan rindu yang kelu

kasih,kupinjam cahaya damai mu sejenak
menerangi saat roh ku melayang dalam gelap
kan ku kembalikan saat jiwa ku telah pulih

~Badai jiwa~

kadang tiada ku pahami akan sikap mu
kadang tiada ku mengerti akan ingin mu
kadang letih membalut jiwa
tiada ku mengerti mau mu

pendam semua rasa
tahan jiwa meronta
gundah menyelimuti
resah membalut
bagaikan lelah menapak langkah

~Riak hati~

kadang tiada ku pahami akan sikap mu
kadang tiada ku mengerti akan ingin mu
kadang letih membalut jiwa
tiada ku mengerti mau mu

pendam semua rasa
tahan jiwa meronta
gundah menyelimuti
resah membalut
bagaikan lelah menapak langkah

~Mimpi yang semu~

waktu terus berlalu,detik pun terus berubah
perjalanan kisah terburai
sekian bintang  betebaran
pancarkan kerlip-kerlip indah
kadang ingin berpaling
hati tak kuasa tuk melepas
telah mematri janji pada hati

gundah terus menghantam dinding jiwa
keindahan mu semangkin merasuk kesukma
membuai-terus membuai,terlena
hingga ke alam bawah sadar
tak kuasa hati tuk ingkari
karisma mu bagai membunuh aliran darah

~Goresan untuk sahabat~

kau datang menghampiri ku
kau datang menyapa ku dengan tulus mu
kau mempercayai ku sebagai sahabat mu
segala cerita dan sedih mu kau curahkan pada ku

selalu kau lantunkan sair-syair indah mu
syair sedih mu,syair segala rasa mu
melepaskan segala gundah hati mu
tergores indah bagai pelangi
dan tiada pernah ku tau
kalau kau menyimpan derita dalam sakit mu

~Rintihan cinta~

Memandang angkasa bagai penuh segala cerita,
goresan kerinduan,luahan rasa,
seakan sesak penuhi dinding nirwana,
kidung cinta mu telantun merdu,mengalun lembut,,,

ulurkan sayap-sayap cinta melumuri ku,bawa damai,
tiada bisa tergapai,menghempaskan pada rindu yang rapuh,
menikam jiwa bagai belenggu pilu,luruh bagai dahan patah,,,

~semayamkan cinta pada samudra hatimu~

benamkan cinta ini pada samudra hati mu
agar tenggelam, terkubur
pada tempat terdalam raga mu
tak terjangkau sapa pun

letakkan nisan bertuliskan cinta
taburkan bunga melati penuhi pusara
agar kematian cinta ini
tetap berwangikan kembang melati
kesuciannya tetap terjaga

~Serpihan koyak~

malam telah beranjak menuju pagi
yang masih terbalut mendung
mendung, bagai tak ingin lepaskan diri
dari sekeping hati yang selalu berduka
karna badai jiwa selalu hadir tiba-tiba

tonggak tempat bersandar pada dunia
kini telah rubuh hancur ditelan badai
kepingan hati kian rapuh
terhempas hingga dasar jurang hati yang sunyi

~kubirkan~

ku potong lembaran hati mu
simpan pada telaga bening di hati
ku tuang tetesan sendu
biar hati kian nyeri
berkubang kepahitan

~Malam memucat~

gerah..! lirih terdengar
hempaskan gundah pada semesta
limbung jiwa dilara hati

desah nafas menyesak
diruang hening ini
lusuhkan wajah perindu

~Goresan pagi~

ku buka tirai semesta
titipkan rindu pada angin yang berhembus
biarkan kesah pada detik yang memburu waktu

pun biarkan jiwa terbang jauh
susuri jejak-jejak sang surya
temui damai dibias-bias cahyaNya

ku buka tirai semesta
burai segala rasa pada senandung jiwa
gores di dinding-dinding bisu maya

atas gundah hati
atas kisruh jiwa
atas resah raga

didismku peluk erat sentuhan kasihNya.

Selasa, 27 September 2011

~Ruang hening~

slalu saja tertatap dinding ungu ini
tempat biasa ku berdiam
menatap teras hening
dibalik jendela bertirai putih
.
remang-remang lampu yang menjuntai
seperti sarang lebah mengantung pada pohon
kian heningkan suasana malam
.

~lamunan siang~

buntu...!! kata ku dalam hati
tak ada aksara bisa ku olah
menjadi sebuah syair jiwa

raga lusuh ini telah duduk berjam-jam
disebuah kursi disudut ruang
hanya menggoyang-goyangkan kaki
memainkan suara gemerincing yang melingkari

Minggu, 25 September 2011

~Lihatlah aku~

lihatlah aku
walau pelangi ini memudar
iakan tetap menghias alam
bersenandung rindu dihempasan rasa

tataplah aku
dilayuku kan tetap tegak genggam asa
panji-panji setia takkan patah
telah tertancap pada palung jiwa

lihatlah aku
tataplah aku
rasakanlah jiwa ku

~Terhempas rasa~

hembusan angin menghempas pelangi
yang menghias lembah sunyi
memudar warna tertutup mendung
rinai gerimis menetes kelu
.
jejakmu melangkah laju
kuak lembar-lembar lalu
retakkan sanggah
yang bersandar didada alam

Kamis, 22 September 2011

~kau hantar lelapku dalam damai~

ketika malam merambah semesta
lembar perlembar kitab cinta
kita gurat cerita asmara
.
sang kelam menjadi saksi bisu
pada rasa kita yang terburai
menyatukan roh dilorong malam

Curhat pada semesta

dengarlah curhat ku  "kata sang semesta lirih",
tak taukah kau hai perindu...
kadang senandung rindu mu memekakkan dinding telingaku
gemuruh bara rindu mu bagai percikan lahar gunung merapi
sambil tersenyum seakan terlihat marah yang tertahan.

~Susuri Jejak~

dinda
pagi tadi
jengah rasa hati
tatkala kuselusuri jalan setapak di pinggir lembah
jalan yang menerawangkanku tentangmu
jalan setapak yang dulu kulalui dengan kursi roda
jalan di mana dulu, awal kuungkap rasaku
rasa yang menyelimuti hatiku atas dirimu

Selasa, 20 September 2011

~Ditegarku~

ditegarku yang rapuh
ku tegakkan kaki di buana jiwa mu
petik segala asa yang kau hampar
dialtar-altar sunyi mu

Senin, 19 September 2011

Senyum semesta

In Collabration with Alam

pagi tadi
ku tatap jengah sang semesta yang tersenyum mengejek ke arahku
lalu dengan nada sumbang,ku tanya dirinya ...
"ada apa sang semesta? sehingga sedemikian rupa kau ejek diriku dengan senyumanmu"
seakan tanpa berfikir, sang semesta menjawab
"aku tahu dirimu sang alam, pada tegar yang kau tampakkan,
kau terbalut luka rindu pada melatimu,pada sang perindumu"
kembali senyum ejekannya mengembang padaku.

~Kerinduan~

Kolab Alam & Atika

pagi di tapal batas waktu
kala rengkuh bagi buai nirwana
titik netrapun melabur dalam kisruh
membuai sekat di bilur jejak
tatkala sekeping asa menggambar wajah
menyemat butir aksara di kilau satu
ungkap jati di hening lembah
berdiri dan tertegun di kerinduan pagi

~Senyum rembulan~

senyum rembulan
menyapa jiwa dikeheningan
gurat aksara atas biluran rasa
yang tak berkesudah terjejal bara rindu

~Saat ku hujam panah cinta~

saat ku hujam panah cinta itu
maka sebenarnya yang terpanah itu
adalah jantung ku
yang terlepas jua
adalah separuh jiwa ku

karna cinta pembelahan hati pada raga
yang separuhnya menyatu dalam jantung hati mu
membentuk nyawa baru
menjadikan nafas-nafas cinta
dalam detak-detak nadi

Sabtu, 17 September 2011

~Dawai bisu~

pagi digiring gerimis
hantar raga dalam lamunan bisu
tak terdengar senandung alam
melantunkan dawai-dawai rindu syahdu

Susuri jejak sunyimu

susuri jejak-jejak sunyi mu dialtar bisu
telantun dawai-dawai cinta mu
dan alunan rindu mu yang lalu

~Waktu yang membisu~

seiring waktu yang terdiam
runut garis-garis kehidupan berkabut
jejak telarung dilorong sepi

kita sama-sama merayap arungi waktu
membunuh malam menikam sepi
meniti terjalnya panggung dunia

~ hamparan kasih ~

rembulan membias dinding malam
lembaran harapan rajut pada nirwana

hadirmu slalu menawarkan kasih
menghapus sepi menyesak hati

~Rindu menyesak~

merindunya adalah sepi menyesak
dipenggalan kisah masih menjadi episode
pada ranting pohon kehidupan

didahan-dahan cinta itu
ada bahagia menyapa jiwa
pun ada duka yang nyeri
bukan hanya sekedar gelombang

Jumat, 16 September 2011

~kau keindahan yang terindah~

disudut ruang bisu
terdiam dalam gelisah
dengan lembaran kertas
yang telah menjadi kitab cinta
jua tergenggam pena bertinta rindu
.
desir angin membelai damai
seakan tau gundah ku
tak dapat tertutupi
genangan beningpun menetes hangat
.

~kau dan aku~

Kau dan aku
telah menyatu dalam rasapun jiwa

genggam asa
dalam simpuh-simpuh do'a
mengikat erat,
patri dalam palung jiwa

~Mimpi jiwa yang membeku~

melangkah kaki diantara kisruhnya dunia,
terjejak langkah dihamparan yang penuh tanya
atas jiwa-jiwa yang terejam pilu ,atas hati yang rasakan sembilu
tunduk dan patuh pada ucap yang tersabda

~Kereta senja telah membawamu~

Kereta senja telah melaju bawa raga mu
kembali jauh dari ku
tinggalkan jejak
diperjalanan panjang mu

~Lembar bisu~

Lembar-lembar bisu
terkuak satu persatu
burai dikitab jiwa sang alam

~Pada mu~

Pada mu yang terbalu rindu
dengarlah senandung jiwa ku
jua slalu melantun tembang rindu.

~Alunan rindu~

Dengarlah suara deburan ombak itu
itu adalah teriakan jiwa
yang memanggil nama mu

~ Masih ku ingat ~

masih ku ingat senyum itu
senyum yang getarkan jiwa
senyum yang buat ku tak dapat terlelap

Kamis, 15 September 2011

~Resah Perindu~

mentari tertutup mendung
semesta menggiring dingin
seakan bekukan bara rindu
yang membakar jiwa

Selasa, 13 September 2011

~Gelombang pagi~

samudra itu
mengalunkan nyanyian badai
hempaskan jiwa-jiwa pilu
bungkam senyum-senyum kelu

SENANDUNG INI SELALU ADA

bersama bayang mu dalam sudut sunyi
selalu teralunkan senandung jiwa
berdendang pena cinta bak penari salsa
biar pekat rasa benar-benar ku nikmati
hingga merejam seluruh raga