Minggu, 15 Januari 2012

Ketika Makna Terejakan


matahati adalah belati
telunjuk menjadi nurani
keberanian tonggak diri
meski konsekwensi kan jadi duri

satu persatu aksara berguguran
tebaran dipetik dari terka rekaan
lelah berbicara kejujuran
diam pada pengheningan tutup semua fikiran

Rasaku


rasa ku takkan pernah bisa kau rasa
cinta mu telah berlabuh pada dermaga
sayap ku patah
tenggelam pada samudra
badai jiwa ku bergemuruh pilu
hempaskan rasa pada hening

Senandung Jiwa


merintih hati dalam sepi
rindu menyayat bagai belati
terkapar senandung senja
bait-bait menggelepar
kehilangan nyawa

Rasa Ini Masih Ada


entah mengapa hati ini selalu gelisah
walau hanya bisa liat sebait tulisan mu
sudah merasa buat ku tenang

memang tiada bisa pungkiri
rasa ini masih ada dan masih sama
aku rindu kamu yang dulu
penuh ceria dalam sapa dan canda

Mentari


mentari hadir begitu cerah
angin berhembus sepoi belai jiwa
tenangkan hati dari gundah gelisah
ku hela nafas hempaskan pada alam

Bersama Sisa Kanvas


bersama alam ku bernyanyi
bersama alam ku menari
bersama angin ku titipkan salam
rindu ku untuk mu yang jauh

Andai Kamu Bisa


andai kamu bisa melihat isi hati ini
saat ku melihat senyum dan tawa mu
bagai aku memiliki semangat jiwa ku
ku rasakan tenang dan damai

Bayang Indahmu


pada senja ini ingin kembali
ku lukis bayang indah mu
yang kan tergores pada sisa
lembaran-lembaran kanvas didinding hati ini
kan ku torehkan warna pelangi
agar indah bagaikan nyata

290311 : 18.12

Mengemas Sepi


malam kian bertambah hening
rinai hujan basahi bumi
dingin raga ini sedingin hati yang merintih

Asa Yang Hampa


pagi telah kembali hadir
mendung masih saja terus membalut
tak ingin tinggalkan hati yang slalu berduka
badai jiwa pun selalu hadir tiba-tiba

Berhembuslah


silau mata menatap cerah sang surya
teriknya bagai ingin membakar raga
di depan jendela angin semilir menerpa wajah
membelai belai hingga jiwa terlena
dalam lamunan kosong dan bisu

Lingkaran Jiwa


perputaran warna mengitari lingkaran jiwa
berputar dalam alunan syahdu
kadang hadirkan warna indah
kadang hadirkan warna gelap
dan kadang hadirkan warna benderang

Lorong Kehidupan


lorong-lorong kehidupan masih panjang
yang harus terlalui dilalui
badaipun kan siap kembali menghadang
tegarkan jiwa kuat hati sekuat karang

Rasa Ini


rasa ini terpendam dalam
telah ku nikmati dalam diam
hanya kata rindu yang terucap
pada bayang yang bukan milik ku

310311 : 05.19

Keindahan Untukmu


bagai gemintang
kerlip indah mu masih hadirkan rona
tiadakan pudar
walau hangat mu tertutup awan
bias cahaya mu masih menyinari
dan dapat ku rasakan hangat nya
rindu ku selalu akan ciptakan
keindahan untuk mu

310311 : 23.12

Lelap Semalam


keindahan rembulan dan bintang
bagai bayang indah mu
yang melintas tersenyum indah
hingga ku dekap dalam heningnya malam

Senandung Sunyi


kembali dinding ini yang setia menemani
terluahkan rasa pada senandung sunyi
lepaskan sepi pada kelam malam
goreskan pada dinding putih ini

Tak Pernah Hilang


rasa yang tiada kan pernah hilang
masih sama dan ada
bayang mu senandung ku dalam rasa
kau kan selalu ada dan ada
dalam hati dan jiwa

110411 : 18.35

Masih Berpijar


masih berpijar nama mu dalam kalbu
benderang pada dinding hati
dekap rindu dalam diam

senandungkan pada sunyi
damaikan hening ku
kau belahan hati ku

Ku Tak Mampu


ku tak mampu rengkuh
setitik cahaya mu
melepas dahaga
kala duka menyelimuti

Tatap Mentari


tatap mentari berpeluh dingin
berkubang dalam rasa yang sepi
saat kau menjauh semua terasa sepi
tinggalkan ku kembali sunyi

Bagaimana Bisa


bagaimana aku bisa menghias rasa
dengan warna-warna jingga
sementara aku hanya memiliki
warna hitam dan putih
yang menjadi abu-abu
dalam goresan warna ku

Jatuhkan Pena


guratan menggores sejuta peristiwa
tak henti terlukis pada
kanvas memburam

rona warna abu-abu yang
masih melingkupi seputar rasa
sesekali terhempas angin

Hati Kelu


melangkah kaki diantara perih nyeri
serasa ingin lemahkan jiwa
ratapan perih merintih dalam bisu
memudar dalam derai airmata
semua meretas perlahan pada labirin

Suratan Taqdir


keterhelaan yang tiada pernah putus
lebur dalam hangat mentari
walau rasa kian keruh
ingin slalu damai jiwa
terbalut warna jingga

Di Bawah Nirwana


di bawah nirwana
musim terus terlewati
ikuti kemana rasa membawa jiwa
gores bait sunyi
tumpahkan pada heningmu

Cengkeraman Langit


ketak tentuan nafas
hembuskan angin resah
menembang gelisah
diantara cengkraman langit
diburu,memburu
misteri pada labirin

Di Antara Sunyi


senandung
menggores nada diantara sunyi
berdendang layu
kala hangat mu
hadirkan nada-nada membeku

Senandung Sendu


senandung malam meredup
meninggalkan goresan lusuh
kidung kedamaian menepi
pada lautan hati

Rindukan Senja


tatapan ini menerawang kosong
sibak tirai hati mu
lembaran tiada goresan
ku bungkam dalam diam
bawa dalam hening

Nafas Merindu


berlapis rasa
menari dalam dada
slalu menghentak detak jantung
bagai genderang yang tertabuh

Goresan Hati


goresan kata terukir
pada setiap lembar hati
torehkan nada
yang kan menjadi senandung jiwa

Jiwapun Mengerang



sukma menengadah ke langit
yang setiap saat melolongkan gundah
langit masih membungkam
tarian lelah dada
kian memburu jantung

Sepenggal Rindu


diketerdiaman membisu
bayang mu kian melingkari
kepingan hati yang sepi

kian resapi
dihadapan sebingkai wajah dingin mu
pun kian getarkan aliran darah
bagai ingin menari tarian rindu

Bayangmu


bayang mu tiada pernah mau diam
slalu hadir disetiap hela nafas
kian menyelusup pori-pori tubuh
getarkan jantung mendesir halus

Menapak Jejak


menapak jejak pada hamparan putih
merenda kasih membingkai indah
teretas lara meraub suka
asa kian tergores pada nirwana

Desir Darah


berdesir darah ku
kala kata rindu
terucap dari bibir mu

bergetar jantung ku
kala senandung cinta
telantun untuk ku

Pekikan Hati


Pekikan hati ini tak pernah di mengerti oleh Malam
Malam seakan senang melihatku
Bertekuk dalam rinduku padanya
Malam seolah mau menyiksaku dalam memori tentangnya

Jua Merindukanmu


angin mendesir menerpa lembut
bagai belaian akan kasih mu
senandung alam melantun tembang rindu
membelai belai kuntum melati
ronakan kelopak yang merekah
tertunduk malu

Mengukir Namamu


mengukir nama mu
dilangit hati
yang kini berpelangi
penuh taburan gemintang

dalam hening
benih-benih kasih
menabur diantara do'a

Selalu


slalu ku ingin kau ada bersama ku
di siang dan malam
di suka duka ku
di setiap langkah ku

Menghela Tanya


gelisah kian meresah
kala aksara terbungkam gagu
semesta bagai berjubah hitam

Kaulah Kerinduan


kaulah kerinduan
kian menyatu dalam helaan nafas
kian mengalir dalam aliran darah

kaulah kerinduan
pembangkit segala harap
jua segala hasrat

Bait Membiru


terangkai bait-bait membiru
karna cinta lahirkan aksara
bagai pujangga terlahir karna cinta

Gersang


Gersang
ku dalam dahaga
merindu...
meniti langkah
langkah mu yg
mulai terhapus
dengan debu...

Tak Henti


terlangkah kaki dilabirin
menapak jejak-jejak sunyi
cari arti diri
dikeramaian nan sepi

jemari menari, menggurat
segala kesah,resah pun asa
yangkan menjadi bait-bait do'a
senandung sunyi perindu

Diam Dalam Rindu


semesta memekat tanpa gemintang
telamun diri diremang malam
kembali hantarkan raga
pada keheningan

Beranda Sunyi


tercurah segala rasa
di lembar-lembar kitab cinta
curahan rasa jiwa
melantunkan kidung kerinduan tanpa jeda

Jubah Itu Putih


bayak hal yang kau ajarkan pada ku
yang tak ku tau
bahkan yang tak kupahami sekalipun

Jejak Ini


jejak-jejak ini
masih melaju diputaran waktu
menuju lembah sunyi mu

dekap asa
pada impian kan kita bentang
satukan jiwa walau raga masih terpisah

Jelajah Kitab Usang


terjelajah kitab usang
pada tetak-tetak waktu
urai tanya pada ucap

dijeda waktu
angin menggiring mendung
mengundang gerimis

Denting Dawai


denting dawai ini
slalu mendentingkan nada rindu

denting dawai ini
nyawanya adalah alunan cinta mu

120911 : 13.39

Tasbih Cinta


tertasbih cinta atas nama mu
teralunkan ayat-ayat cinta
tergurat dikitab sang perindu

Sunyi Itu


sunyi itu
mengundang bayang mu
yang nyata ada terpisah jarak

Tetesan EMbun Pagi


tetesan embun pagi
sejukkan hati yang terbakar rindu
hembusan bayu
damaikan jiwa menyesak

Jejakmu Masih Menapak


jejak-jejak mu masih menapak
pada lembah-lembah sunyi ku
ingin kau gapai separuh jiwa mu
yang ada pada ku

Melara Aksara


melara aksara
dilembaran malam membisu
terdiam raga dilelah jiwa
terlelap dalam selimut malam

dingin pagi
hantarkan sesak nafas
yang berkalung rindu

Masih Kuingat


masih ku ingat senyum itu
senyum yang getarkan jiwa
senyum yang buat ku tak dapat terlelap

masih ku ingat raut wajah itu
tatapan tajam memiliki beribu makna
hadirkan gelombang rasa pada hati

Merindunya Adalah Sepi


merindunya adalah sepi menyesak
dipenggalan kisah masih menjadi episode
pada ranting pohon kehidupan

didahan-dahan cinta itu
ada bahagia menyapa jiwa
pun ada duka yang nyeri
bukan hanya sekedar gelombang

Pagi Mengantar


pagi mengantar dingin menyesak
kelu lidah, membuka lembaran kisah
terhempas rasa dibiru cinta
terbungkam aksara didetik waktu

Senyum Rembulan


senyum rembulan
menyapa jiwa dikeheningan
gurat aksara atas biluran rasa
yang tek berkesudah terjejal bara rindu

pucuk-pucuk malam
hembuskan sepoi bayu
terpa wajah lusuh
yang membisu dibalik tirai malam

Empat Purnama


jengah mu dapat ku rasakan diantara nadi ku
diantara nafas yang hembuskan gelisah
walau raga kita terpisah roh kita telah menyatu
atas rasa dan cinta yang slama 4 purnama terarungi

Kata Sang Semesta


dengarlah curhat ku "kata sang semesta lirih",
tak taukah kau hai perindu...
kadang senandung rindu mu memekakkan dinding telingaku
gemuruh bara rindu mu bagai percikan lahar gunung merapi
sambil tersenyum seakan terlihat marah yang tertahan.

Senandung Senja


senandung senja mendenting lirih
kala bayu menggiring mendung

menepi jiwa diriuh labirin
atas rasa yang membilur

Teleburnya Gundah


telah telebur gundah bersama fajar
telah terhempas gelisah dilembar malam
pun ketika kau menemani ku lelap diperaduan malam
damai aku dalam rengkuh kasih mu

Altar Hening


baur jiwa bersama sunyi
arak-arakan bintang memancar redup
desah angin malam hembuskan kesah
rembulan bersembunyi dibalik kelam

Buntu


buntu...!! kata ku dalam hati
tak ada aksara bisa ku olah
menjadi sebuah syair jiwa

raga lusuh ini telah duduk berjam-jam
disebuah kursi disudut ruang
hanya menggoyang-koyangkan kaki
memainkan suara gemerincing yang melingkari

Tirai Semesta


ku buka tirai semesta
titipkan rindu pada angin yang berhembus
biarkan kesah pada detik yang memburu waktu

pun biarkan jiwa terbang jauh
susuri jejak-jejak sang surya
temui damai dibias-bias cahyaNya

Siang di Kasur Tua


siang tadi, ku rebahkan raga pada kasur tua
kelopak mata tak mau mengatup
padahal lelah jiwa ini
bagaikan terkena pukulan godam

hanya belalakkan mata dibalik jendela
tatap awan membias merah diangkasa
yangkan menggiring senja menghantar malam
dimana malam, kan menghampar lembarannya

Kisah Kelinci


kelinci itu, slalu diburu ribuan pemburu
tunggang langgang berlari mencari tempat persembunyian
pada rerimbunan semak belukar,dibalik pepohonan,
rasa takut membilur fikirannya

Waktu Menggiring Musim


detik waktu,
terus merambat
jejak-jejak kian sunyi terjalani
senandung kidung rindu
hanya melantun lirih

waktu jua terus menggiring musim
biru semesta seakan memudar
indahnya malam jua seakan mengelam
yang terbentang hanya hening,hening dan hening

Selembar Daun


bagai selembar daun mengering
terkulai didahan layu
tak ada tetesan embun menyentuh
tak ada bias mentari belai hangat

lusuh
layu
lemah

Pada Hembusan Angin


pada hembusan angin
slalu ku titipkan kuntum rindu
pada keheningan
slalu ku dekap bayang mu

pada dinding malam
tiada lelah buraikan rasa
curahan nyanyian rindu
pun gurat pada kitab cinta

Lusuh Aksara


lusuh aksara melantun kuyu
dawai-dawai rindu terhempas puyuh

lara hati dihamparan sepi
hening,tanpa nyanyian rindumu

Musim


musim itu menggiring badai
senandung alam terkapar
waktu menggeliat gerah

camar-camar berteriak melengking
jejak-jejak alam hanya menghening
terbungkam dilembah sunyi..

Senandung Yang Karam


ketika senandung alam mu karam
maka semesta kan berduka
awan-awan putih mengarak mendung
mengundang senandung petir bergemuruh

Pagi Ini



pagi ini,
tak ada kicau burung bersenandung merdu
tak ada senandung alam mengalun syahdu
pun kuntum-kuntum bunga hanya terdiam bisu

dibawah cerah mentari
jua hanya menatap bisu pada semesta
meracau lirih, hingga tak terdengar telinga angin

Malam membadai



malam menggiring badai
angin berhembus kencang
arakan awan hitan membentang jubah
guyuran airmata lagit deras mencurah

Duka Semesta



semesta...
mendungmu tak terbendung
dukamu terus berkepanjangan
lelahkah kau dengan segala angkara dunia..?
marahkah kau dengan segala debu yang melekat dinding langitmu..?

Waktu


waktu masih merangkak bisu
detik mendetak kaku
kitab ini masih menggores cerita jiwa
riwayat yang menggiring musim

langkah ini kan terus melaju
bersama sisa mimpi
meniti jalan berliku, dihempasan-hempasan waktu

Padamu Mentari


pada mentari yang bersinar
tetaplah menjadi mentariku
walau kadang cuacamu tak menentu
suka buat ku terserang flue,
batuk, meriang dan menjadi demam

Riuhnya Labirin


rapuhnya sayap-sayap merentang
dihempasan yang tak henti menerjang
masih tegak kaki berpijak
melangkah dan terus melangkah tanpa henti

Air Mata Cinta



siang merentang terik
gerah membumbung semesta
dawai-dawai terpetik melengking
buana bak tergenang darah

tercurah aksara pada tanya
isyaratkan jiwa melara
cinta menorehkan luka
dilembaran waktu yang terhampar

Senandung Sepi


pagi masih berselimut mendung
mentari masih berduka
cerahnya membias sendu
layukan senandung yang ingin menembang

padamu hai mentariku
cerahlah dengan indah cahyamu
mendungmu menghempasku
pada langkah yang lemah

Tentang Rapuh


jejak melangkah tanpa letih
mengurai kisah sepanjang jalan terentang
senandung kidung mengalunkan tembang jiwa
yangkan gemakan hingga dinding semesta

hingga membuka pintu-pintu waktu
yang masih tertutup bisu
pun asa masih ku dekap
sepanjang jejak melangkah tertatih

Tentang Rindu


kesedihan mengalir pada matanya
telaga telah kembali mengeruh
senja berdiam dibalik jeruji duka
waktupun tak ingin membuka pintu, kan tetap bisu

padahal, slalu lukis cinta gurat senandung rindu
pada kanvas-kanvas batin lusuh
dengan warna-warna telah didaur
menjadi lukisan berpelangi

Kasih


kasih,
ketika malam telah tergelar
waktunya kita menggurat lembaran hati
melukis bayang pada kanvas jiwa
memburai rindu pada tembang malam

hanya pada malam
penyatuan jiwa kian terikat
heningnya, mendekatkan kita pada cintaNya
kan kita rengkuh dalam dekapan jiwa yang kian menyatu

Sayap-sayap Rapuh


letih kian merajam
raga melemah tercabik-cabik rasa
lelahkan jiwa yang telah terkapar dibelantara duka

rengkuhan bagai jeruji berduri
kuasai jiwa, ikat pada tonggak dihamparan sunyi
langkah terbuntuti bak putri patih

Senandung Malam


senandug malam timbul tenggelam
seperti senja yang telah lelap diperaduan malam
malampun menjadi telaga rasa
terentang dihamparan buana

tembang angin meletih
berhenti ditelaga pengheningan
tumpahkan keluh dalam guratan pena malam
melantun tanpa suara hanya desah-desah resah merayap

Mentari Pagi


inginku sapa mentari pagi
dengan sejuta kasih yang merentang
hangatkan hati dititian-titian pagi

melebur
menyatu
dalam duka-duka bumi

Karena Cinta


pada dasarnya cinta sejati itu ada pada setiap diri manusia
bila mencintai hanya karnaNya
bukan karna hanya nafsu dan kehendak hati yang ternafsui

ia akan tetap memberi cintanya dalam ketulusan
walau cinta itu nantinya tetap juga tak bisa dimiliki
dalam harapan dapat diraih seperti keinginan hati memiliki karnaNya

Senandung Di Batas Senja


kala mentari meredup dibatas senja
kan giring malam bersama arakan-arakan penembang
mengurai aksara dalam bait-bait rasa

pun senandungku kan menembang
pada altar-altar sunyi dan beranda sepi
hingga gaung memecah hening

entahlah


mentari engan hadirkan cerahnya
bumi membuih penuh polusi emosi
perut bumi seakan sesak
hembusan bayupun tak terasa segar lagi

Katakan Hai Pagi


katakan padaku hai pagi
ceritakan sebuah kisah
tentang senandung-senandung gelisah semalam

karna hanya terdengar berbisik halus,samar
bagai bayu hanya melintas dan hilang
ketika ku berada diantara kantuk dan terjaga

Menunggu


musim terus berganti dan aku masih terus melangkah
tak ku ketahui kapan aku kan pulang
sebelum tiba jemputan itu datang
jejak-jejakku mencari damai

pada jalan-jalan terentang
berjuta pena mencatat segala kisah
aku,kamu dan kita semua mengurai riwayat jiwa
yangkan menjadi sejarah tertinggal dan pernah ada terlahir

Goresan Ini


goresan ini kan slalu mengukir tentangmu
walau lembaran itu tak terlihat olehmu
karna kau telah ada dalam mimpiku
karna kau adalah anganku

Jejakmu


mentari kembali bermuram durja
membawa jiwa pada sunyi
tatap jalanan sepi tanpa jejaknya
kemanakah sang jejak melangkah

mentari tenggelam dibalik awan hitam
tak terdengar suara dari seberang
hening tak ada nada berdendang
dimanakah sang pecinta melenggang

Padamu Duhai


padamu duhai cinta
sepi bertandang ditubuh
kala tak terlihat jejakmu
pada jalan yang ku lalui

rasa menggelisah
didetik waktu yang terus melaju
malam serasa memburam
tanpa cahaya biasan tubuhmu

Kumengerti Gelisahmu


hatimu terus bertanya
Ketika goresan ini terukir
mengurai bait-bait rindu

hatimu masih mencari makna
dalam lantunan rindu yang menembang
bersenandung pada jejakan sunyi

Jiwa Itu Masih Hidup


ketika waktu mengurai segala rasa
jejak ini masih berdiri tegak
meraup serpihan kata berserak
menjadikan butiran-butiran karang kecil pada dinding hati

Belati


bila hati telah penuh dengan noda
maka lidah kan melahirkan belati-belati kecil

bila hati telah dipenuhi kebencian
maka bibir kan mengurai kedengkian

Goresan Melati


goresan ini masih mengurai riwayat tubuh
menembang pada keheningan
tercurah pada dinding sunyi

dalam diampun masih mengeja makna terurai
atas waktu yang giring mendung tak beresudah
mengeram pada langit jiwa

Senandung Hening


menghening dibawah kelam malam
bintang-bintang memijarkan kilaunya
sepoi angin malam jua menerpa lembut

desah-desah sesak belum teretas tuntas
masih menghentak denyut jantung mendetak
sesekali hempaskan diantara semilir bayu

Bait-bait Jiwa


telah ku maknai setiap hembusan nafasmu yang terhela
telah ku dengar detak jantungmu mendetak gelisah
diamku mengeja bait-bait jiwamu melantun
memaknai setiap goresanmu mengurai

Singgasana Hati


dalam setiap langkah ada bayangmu mengiringi
tegakkan kaki ketika letih melangkah
menjadi sandaran ketika jiwa melelah

kau hamparkan lembaran-lembaran putih hatimu
tempat curahan segala kesah dan dera rasa
menyentuh jiwa dengan lembut kasihmu

Mentari Kehidupan


hanya bisa menatap dari jauh
sang mentari itu begitu cerah
sinarnya memberi kehangatan
terkadang biasnya menusuk tajam
seakan ingin membakar seluruh lapisan tubuh

Pada Jalan Sunyi


pada sunyi yang kususuri
ada titik terang diujung pandang
tertatih langkah menuju arah
pada siang dan malam

ketika lewati lembah sunyi hatimu
terdengar samar nyanyian kehidupan
desiran halus hentakkan degub jantung
hentikan langkah diruang rindu

Untukku


aku hanya bisa menunggumu
hanya bisa menatap bingkai wajahmu
hingga waktu pecahkana segala gumpalan do'a

terurai aku dalam syair cintamu
tergubah aku dalam bait jiwamu
ternyatakan aku dihadapanmu

Lembar-lembar Putih


diluas hatimu telah ku urai segala kesah
sandarkan lelah diletih pundakmu
kasihmu rentangkan ribuan cahaya
dimana aku kan tenang saat bersamamu

Taqdir Terjejak


pintu waktu telah sedikit terbuka
menampakkan sedikit bias cahaya kehidupan
masih diam, menunggu pintu itu terbuka lebar
hingga langkahnya terlepas dari segala belitan nyeri

Goresan Duka


duka semesta kian panjang
seperti duka langit jiwa

hujan dan badai yang digiring musim
hanya menghentak-hentak denyut nadi

Goresan kidung gelisah

13256995911548987270
bergulir waktu pada perputaran masa
gelisah menanti musim dan cuaca dianak-anak angka
entah seperti apa uraian tubuh digiring zaman
menjadi tamu pada ruang hati mengkusam

Lihatlah tanah pertiwi itu

lihatlah tanah pertiwi itu
telah meretak dan meruntuh
dikeruk sesuka hati
tanpa melihat akibat terjadi

kaulah cahaya peneduh jiwa

13254288401973354222
detik waktu mengantar hati bertemu dua jiwa
pada ruang-ruang sunyi dihamparan malam
tak mengenal siapa kau sang penggores rasa
aksaramu mengurai sebagai penembang kerinduan
bagaikan musafir cinta mencari arti kesejatian rasa

Goresan penghujung Tahun 2011


1325348259824885007
detik-detik waktu terus berdetak
musim silih berganti singgah pada detak jantung
penghujung watku kan gugurkan angka-angka pada kehidupan
asa dan mimpi masih bersimpuh dikakiNya

Airmata itu

13241023612047802285
airmata itu tak henti menetes
sesakkan jantung mendetak
bulir-bulir pecah berhamburan
.
bening-bening hangatnya
mengalir perlahan menuju lautan do’a
membentuk karang rapuh

Untukmu yang terdiam


13236321951746576968
telah berjam-jam duduk dibangku ini,
yang sedari pagi juga menunggu kabar tubuhnya
“sedang apakah kau disana..”kataku lirih sagat lirih
tak ada berita pun tanda-tanda langkahmu datang
seperti biasa dimana kau slalu berkunjung setiap waktu
mengajakku bercanda menghapus duka-duka merimbun
menemani hinggaku terlelap sendiri,

Senandung jubah semesta

13235110291454255692
sayang.. hari hampir menuju senja
mungkin tak akan aku lihat senja sore ini entah ditempatmu
karna langit lagi menggelar jubah hitamnya

Senandung sunyi yang terhempas

senandung sunyi ini kian menghening
seakan terkubur dan berpusara
terhempas waktu yang membawa badai
bait-baitnya menjadi patah dan retak retak

Cerita lembaran surat pagi

Oleh : Tika Cb

pagi tadi matanya masih setengah mengantuk
buka pintu dan jendela
sang bayu  lalu lalang melintas
jalankan tugas menebar sepoi sepanjang buana

Lipatan hati

1323285886477547314
lipatan-lipatan hati dibentangnya
kembali urai sesak yang tersimpan
bersama waktu telah mengurai segalanya
pun rahasia yang terselip dibalik lipatan

Detak jantung sunyi mengalun

Oleh : Tika Cb

13232020881370754486
duka itu mengiris jantung sunyi
terdengar lirih dan sangat lirih suara itu berucap
bagai suara erangan angin kan hadirkan badai
atas waktu menjeda bait-bait jiwa

Sudahlah


1322844509610679225
malam kian suram
rembulan dan bintang enggan memancar
jalanan senyap
seakan semua larut pada duka sang sepi
.
sudahlah
jangan lagi ada desahan lara
guratan pena-pena petir
bersenandung sajak getir

Uraikan aku dipintu waktu

1321805387950952655
langkah yang meletih
masih susuri lorong dan jalanan sepi
masih jua setia menembangkan syair sepanjang malam
bercerita tentang duka kesedihan
dan urai tubuhmu menjadi senandung malam

Ketika waktu berbicara

13217233901681303908
senja telah terlelap
seiring langkah waktu melaju bisu
telaah garis-garis kehidupan
penuh kesemrautan warna diremang malam

Pernahkah terfikirkan dengan seksama

1321632503374488092
bangunan-bangunan itu ada beberapa deret
tak terlihat bagus hanya sebagai bangunan biasa
bahkan terlihat gersang tak jua ada penghijauan
ditengah halaman hanya ada tiang tinggi menjulang
tempat sang merah putih berkibar-kibar entah melambaikan makna apa

Bait-bait rindu


13215460572066587193
malam kembali menghening
seakan semua makhluk bumi tertunduk
tafakur dialtar-altar sunyi
serahkan jiwa pada kepasrahan
.
dingin malam kian sepikan suasana
eja lembar-lembar pengharapan
yang tergurat pada dinding hati
desah-desahpun terhela sesak menyesak

Derita jiwa-jiwa yang tiada berakhir


132132534937125041
langkah raga menjejak bisu
menggotong angan pada secuil asa
tertatih kaki melangkah  dilembah kehidupan
menuju mimpi yang masih terlelap
.
masih terlihat tapak-tapak pilu
telah menjadi telaga darah,airmata
menjadi lembah kehidupan  menyesak
menjadi kubangan kesengsaraan

Ketika sepi menyelusup pada nadi

1321286693259358104
lara telah menyatu pada jiwanya
ketika musim silih berganti menghempas
hati telah terbiasa teriris sayatan belati
satu titik cahaya tuntun nurani pada damaiNya
.
guliran waktu
kembali rentangkan malam
bergegas raga menuju keheningan
merangul rindu yang membelenggu detak waktu

Jadikan kami sayap-sayap kokoh Garuda


13211965961835970983
kami ada dipenjuru negeri
tertimbun dimeja dan kursi
tak terlihat, tak diperduli
tak dianggap berarti
.
kami anak-anak negeri
lihatlah kami setiap hari bermimpi
menjadi pasukan lapangan hijau gagah berani
tak letih berlari ,demi mimpi banggakan negeri

Ketika cinta hanya bertahta diujung lidah


13211192162081233108
ketika cinta hanya bertahta diujung lidah
kan tergenangi airmata lara
keagungannya berhias rampai berduri
merobek lembaran sakral sebagai janji
.
kesucian cinta ternistakan
raga hanya dibaluri airmani sang penguasa
dendang  bak durjana melenggok riang
menjulur lidah berliur srigala

Duka yangkan abadi



1320814083751153763
kesedihan mengalir pada matanya
telaga telah kembali mengeruh
senja berdiam dibalik jeruji duka
waktupun tak ingin membuka pintu, kan tetap bisu

Hati kamipun telah terqur'bankan

1320590773300616421
semangat kami lemah menyambut indahnya bulan yang bawa berkah
kami yang mengais rezeki dikaki penguasa
telah lelah memaki mereka
tak guna muntahkan serapah yang tak jua merubah jadi sejahtera
.
kami pasrah dalam senyum derita
menjinjing mukena ,sajadah dibahu lelah
kotbah ulama hanya melewati telinga
gerah,gelisah mengubun pada kepala

[FPK] Kisah di sebuah lembah


13198137741606766608
Oleh : Granito Ibrahim & Tika cb ( No. 186 )

Selalu pada senja
menyelinap: cahaya-cahaya yang terjatuh
membawa bulir waktu
entah berputar
atau mengelana
berkepak helai angin

[FPK] Altar lukisan senja

13198121871470233071
Oleh : Alam penyair maya & Tika cb (No. 82 )

pada keping waktu yang bersembunyi
samarkan aku di setiap butir sepi
pada remah-remah aksara nan sunyi
di selasar senja yang kian menepi

Aku ada dalam tubuhmu


1319642464368383579
bersama angin sentuh tubuhmu
menyelusup dalam nadi-nadi
pun pada detak jantung
hingga menyatu dalam darahmu
.
aku diam diulu hatimu
yang tak pernah kau sadari
ku eja satu persatu bait-bait tubuhmu
yang telah ku hirup dalam nafasku

Ku temukan

13189520234831510
kutemukan kasih dimatamu
yang tak dapat diganti dengan apapun
bahkan dengan airmata darah sekalipun
.
seperti senja yang teduh
seperti kilau kejora melekat pada dinding kelam
damai yang selalu hadir pada musim-musim kering

Hanya kau satu


13187777421872200985
malam mengembangkan sayap-sayap hitamnya
eja kembali lembaran kitab merentang
runut satu persatu riwayat tertera
mungkin ada kisah kita tertinggal
.
tak terkedip mata dalam jeda eja
memburai perjalanan waktu
diantar bait lara dan senandung rindu
punguti gemintang yang tercecer

Sampah


13177897721901284240
burung berceracau tak karuan
cecak-cecak berdecak..ckckck
pun tokek tak ketinggalan
entah apa yang mereka ributkan..
.
sementara hidung ku mendengus
cium bau sampah menyengat
ulat-ulat menari-nari
riang diantara busuk-busuk sampah

Sabtu, 14 Januari 2012

Pagiku berselimut dingin


131735205829891364
pagi kembali giring gerimis,
setelah semalam semesta berselimut mendung,
desingan angin malam, menghepas-hempaskan,
setiap yang melintas dihamparan malam
.
jalan-jalan hening,
jiwa-jiwa terdiam,
tatap jendela malam tetap jua sepi,
dengan benak penuh tanya berceracau bisu,

Ruang hening


1317136955852237235
slalu saja tertatap dinding ungu ini
tempat biasa ku berdiam
menatap teras hening
dibalik jendela bertirai putih
.
remang-remang lampu yang menjuntai
seperti sarang lebah mengantung pada pohon
kian heningkan suasana malam

Lamunan siang


13171082901467272136
buntu…!! kata ku dalam hati
tak ada aksara bisa ku olah
menjadi sebuah syair jiwa
.
raga lusuh ini telah duduk berjam-jam
disebuah kursi disudut ruang
hanya menggoyang-goyangkan kaki
memainkan suara gemerincing yang melingkari

Lihatlah aku



13170103001799458607
lihatlah aku
walau pelangi ini memudar
iakan tetap menghias alam
bersenandung rindu dihempasan rasa
.
tataplah aku
dilayuku kan tetap tegak genggam asa
panji-panji setia takkan patah
telah tertancap pada palung jiwa

Terhempas rasa

13170046102051790913
hembusan angin menghempas pelangi
yang menghias lembah sunyi
memudar warna tertutup mendung
rinai gerimis menetes kelu
.
jejakmu melangkah laju
kuak lembar-lembar lalu
retakkan sanggah
yang bersandar didada alam

kau hantar lelap dalam damai


1316756426411291812
ketika malam merambah semesta
lembar perlembar kitab cinta
kita gurat cerita asmara
.
sang kelam menjadi saksi bisu
pada rasa kita yang terburai
menyatukan roh dilorong malam

Serunai perindu


13164928401243209081
suara langit hati berteriak gagu,meronta lirih
berpacu rasa bersama waktu
mimpi-mimpi perindu
masih terlelap diperaduan semesta
.
jejak bisu terus melaju dilorong waktu
mendekap kantung harapan
memanggul mimpi berpeluh

Padamu cinta


13110931091247855403
pada cinta yang menggema
teralir nafas-nafas cinta menderu
melambung penuhi semesta
.
pada cinta yang terdiam
tersabda nama mu
dalam gaung tembang asmara

Rengkuh segala berkah


1311870216149613732
diantara taburan gemintang
jejak melangkah disekian malam
senandung perindu menggema maya
jadikan bait-bait do’a
.
sekian purnama jua telah terlewati
segala asa,pinta pun impian
telah penuhi dinding semesta

Pelangi diantara gerimis


13059043612132610697
begitu pandai kau ambil hati ku
padahal gerimis telah mengguyur
petir yang seakan ingin membelah hati
kau tutup dengan langit cerah mu
.
kau hadirkan pelangi
pada gerimis tadi
hingga hujan tiada mengguyur deras
kau hadang badai yang ingin menghempas jiwa kita
kau teduhkan dengan damai mu

Sayatan ngilu


1304924114688168867
nyanyian jiwa membahana
seringai-seringai bagai srigala
menghujam tajam
tertawa riang diatas luka
.
tubuh kian melebam
hirup buncahan darah
sampai sukma mengilu

Ini cinta yang dihadirkan alam


13046682461291763188
telah berjam tatap wajah mu, tiada buat ku jenuh,
jika kamu bisa rasakan belaian lembut jemari ini
mengelus pada bingkai wajah mu
kamu kan jua rasakan,detak yang begitu halus,
saat itulah rindu ini kian memekat,

Dungunya aku

13046187031995922729
mungkin begitu dungu diri ini
bertahan pada hati yang bisu
sekian purnama silih berganti berlalu
setetespun embun mu
tiada pernah jatuh
dahagakan bunga melayu

Semua karnaMu

13043525171362947189
kata tak dapat terkata
ucap tak dapat berucap
kelu lidah mengecap
terjabar dalam ratapan malam
terburai dalam rentangan jemari
terurai dalam buraian bulir-bulir
bening menggenang
Engkau Maha mengetahui
.
hanya pada Mu segala munajat
berpinta, berkeluh
hanya Engkau sandaran abadi
ketika langit jiwa terejam pilu
ketika dinding hati tersayat perih
ketika sukma terhempas pedih
semua ada dalam catatan Agung Mu
.

Tubuhmu


13042604381193811282
tubuh mu,
bagaikan sebuah buku
setiap hari ku sapa
tempat ku berbagi cerita, suka duka
.
tubuh mu,
bagikan buku ajaib
sesekali hadirkan suara
kuluman senyum, tawa
jua bisa berbicara

Senjaku menghilang

1303957048145035840
jiwa mengambang ditengah samudra
dimainkan rasa dihimpit lelah
bagai petarung
yang bertarung melawan golakan hati
.
lolongan panjang
yang merintih dalam sunyi
seakan tiada didengar sapapun
kecuali Rabb ku
ya, hanya Rabb ku

Tak bisa cegah waktu

13036616301103475856
takkan bisa ku cegah waktu
yang berlalu bersama bayang mu
kesunyian bagai tak bernyawa
mendekam dalam gelap
.
kerlip yang timbul tenggelam
sengalkan nafas diketerhelaan
sekelumit asa
masih saja senandungkan


Ketika raga merintih

13027697461537085467
bagaikan lembaran kertas yang kusam
penuh goresan-goresan menghitam
ada robekan luka yang masih menganga
masih terbanjiri nyeri dan ngilu
~
biarkan hingga luka merobek seluruh jiwa
saat lelah rebahkan pada lelap yang bisu
biarkan lukanya mengalir hingga kerelung hati
sampai langit mendengar rintihan perih

Rintihan anak jalanan

1302420367155909018
1302420583910986537
Berdiri kami diantara kaki lelah,
melangkah diantara kehidupan riuh
mencari sesuap nasi
isi perut agar terisi
sana kemari mencari-cari
tiada lelah tiada letih
berbelas hati dari jiwa suci
berharap dapat rupiah ditangan kami