Rabu, 09 November 2011
~ layang-layang ~
layang-layang itu
ditemukan dijalanan
terkapar dan terinjak-injak
dipungut musafir
diterbangkan diangkasa
menari-nari kesana-kemari
meliuk-liuk ikuti alunan bayu
memandang indah semesta
~ prosa campur ~
"tik..." iya awan..
ada apa kau memanggil ku..? kataku kepada awan..
tak kau dengarkah, burung-burung bersenandung untukmu
tak kau lihatkah..., seakan penghuni bumi memanggil namamu..
"aku tak tau awan, bahkan aku tak mendengarnya"..
~ Pusi campuran ~
aku hanya bertanya pada sang mentari
tersampakankah salam rinduku padanya
terdengarkah nyanyian rindu sepi yang melirih
lihatkah dia riak-riak hati menggelombang rasa
taukah dia ku rindukan senandung syahdunya
sebagai nyawa pada aksaraku menembang
aku hanya bertanya tapi tak ada jawab
denting dawaiku meresah
sang mentari hanya terdiam dengan serigai garangnya
dimanakah kau sayang
hanya ku dengar bisik bayu
bahwa kau merebah
mengapa..? tanya ku kembali
masih saja sang mentari terdiam
pun sang bayu berlalu dalam bisu
~ ~ ~
sang fajar teteskan embun sentuh beku jiwa
larapun meretas, terbakar dibias-bias mentari
yang hadiran cerah
senyum damai mengulas atas kuasaNya
puja dan puji telantun untukNya yang Maha Cinta,
puji syukur atas segala hikmah
kini arak-arakan awan dendangkan tarian angin
senandungkan kidung pagi
hembuskan sepoi bayu belai jiwa-jiwa membisu
cerahkan semesta
cerahkan jiwa
langkahpun menderap tegap
jejak bumi dekap asa pada sepenggal mimpi yang tersisa.
~ ~
pagi ini aku melihat mentari murung
cahayanya membias layu
seperti ada duka dihatinya
tak ada senyum cerahnya
sapaan bayu
hawa gerah yang terasa
sudahlah mentari
mengapa kau selalu merudung
berkerudung mendung berkepanjangan
tak kau lihatkah jiwa-jiwa yang merindukan
cahya damaimu pada pagi sejuk
burung-burung jua berkicau gelisah
pun aku,gelisah mresah gelayut dada
hadir dipagiku,karna mimpi buruk semalam
semoga bukan pertanda untukku,untukmu
~ ~
telah pertanyakan resah pada waktu
pun telah pertanyakan gelisah pada buana
semua masih menghening tertunduk bisu
yang terdengar hanya ceracau-ceracau angin meriuh
terpahami dalam makna yang buat gerah
senandung-senandung pagi bagai tabuhan harfa pecah
aaah..sudahlah
tak perlu mengusik yang buat perut tergelitik
karna tetap senyum keikhlasan yang terhampar
kedamaian tetap ada dijejak-jejak
tetap menaungi nadi-nadi
karna padaNya langkahkan kaki
dirapuh sayap yang masih tegak berdiri
~ ~
bakti ini kan mengabdi
hingga menjadi makna bagimu
maka jiwaku ada dalam jiwamu
aliran darahku
kan mengalirkan senyum dan airmata
itu jua kan menjadi senyum pun airmatamu
dan tersenyumlah selalu
karna itu nyawa ragaku
yang terpisah jauh darimu
tetaplah menjadi lentera bercahya cinta
disiang dan malamku
~ Pada mentari ~
pada mentari yang bersinar
tetaplah menjadi mentariku
walau kadang cuacamu tak menentu
suka buat ku terserang flue,
batuk,meriang dan menjadi demam
~ Bersenandunglah ~
rindu yang ku rebahkan
menggelinjang
hentakkan detak jantung
sesakkan dada rapuh
atas diamnya rasa
pada rindu yang dibungkam
~ Nyanyian sendu ~
lumpuh raga diam pada kesunyian
menyendiri pada keheningan
lelah pada dera mencabik jiwa
bungkam suara,aksara jua ceracau...
~ menunggu ~
altar-altarmu menghening
kian pekatkan malam diufuk sunyi
sepoi angin malampun menghembus gelisah
Selasa, 08 November 2011
~ Sayang ~
sayang..
malam kembali telah memakai jubahnya
disemat bintang-bintang sebagai penghias,
penuhi jubah sang malam
terlihat indah dan megah
kerlipnya memancarkan kemilau
~Rindu yang berkibar~
pagi telah merentangkan gelangangnya
terbuka seluruh altar dunia
tertebar seluruh kasihNya menghampar
Aku takut sayang
malam bertabur rindu...
dimanakah dikau sayang...
hanya nyamuk-nyamuk menemaniku
lihatlah dia memakai jubah kebesarannya
mendekatiku ingin menyentuh kulitku
aku takut sayang,..
~malam giring badai~
malam menggiring badai
angin berhembus kencang
arakan awan hitan membentang jubah
guyuran airmata lagit deras mencurah
hantaman petir
guntur
sambar menyambar
bergemuruh tiada henti
~lelah~
hai malam..
lelah ku menyapamu yang hanya hadirkan hening
lelah ku merintih pada dinding-dinding malammu
~Damaikan aku pada malamMu~
malam, walau wajah rembulan kelihatan pucat
setelah diguyur airmata langit tanpa henti
tapi masih membiaskan cahyanya
walau jua masih meredup
pun itu telah buat aku tersenyum
kau hadirkan rembulan itu
yang terseok pancarkan sisa cahyanya
karna iya tetap ingin membagi keindahannya
~Kuntum rindu~
pada pucuk-pucuk malam
ku petik kuntum-kuntum rindu
taburkan pada sepoi angin berhembus
pun pada beranda malam
urai rindu hingga rembulan bintang
tersenyum dalam binar cahyanya
Belibis dan ikan
heei..kau...! kata ikan kepada belibis-belibis itu
kenapa kalian slalu ingin menerkam ku..?
riangku seakan ingin kau patuk dengan paruhmu
"pernahkan aku mengusik kebebasanmu saat terbang..?
Senandung sembilu perindu
cinta hadir tak pernah bisa dipinta
walau cinta itu ada pada setiap jiwa
cinta jua tak pernah bisa dipaksa
ketika hati telah membeku karna sembilu
aku belajar memahami kesejatian rasa
pada cinta yang tak pernah aku pinta
aku belajar memahami pemaknaan cinta
atas luka-luka menoreh pada cinta yang terabaikan
walau cinta itu ada pada setiap jiwa
cinta jua tak pernah bisa dipaksa
ketika hati telah membeku karna sembilu
aku belajar memahami kesejatian rasa
pada cinta yang tak pernah aku pinta
aku belajar memahami pemaknaan cinta
atas luka-luka menoreh pada cinta yang terabaikan
~ Waktu ~
waktu menghening
waktu membisu
desah-desah bayupun seakan melelah
bilur-bilur rasa jua seakan melebam
~Pagi-pagi~
pagi-pagi
suara itu sudah meraung-raung
berputar-putar bergulung-gulung
aku mendengarkan seperti orang linglung
5 purnama
sayang,
hampir 5 purnama musim telah kita lewati
langkah kita terhadang belukar berduri
pun musim giring badai tiada henti
Langganan:
Postingan (Atom)